Kantong Kosong
Kalangan Sendiri

Kantong Kosong

Budhi Marpaung Official Writer
      6577
Lukas 21:3-4
"Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 88; Lukas 9; Yeremia 23-24

Pada suatu hari ada seorang kakek yang datang ke sebuah ibadah gereja. Penampilannya ketika itu sangatlah sederhana. Dengan mengenakan sendal jepit, topi yang sudah usang, baju kemeja lengan pendek yang warnanya telah luntur karena sudah lama sering dipakai, serta celana hitam panjang, sang kakek mengambil duduk paling belakang.

Ibadah pun akhirnya dimulai. Acara demi acara dalam ibadah itu diikutinya dengan antusias, sampai tibalah waktunya persembahan. Sang kakek memasukkan tangannya ke kantong samping celananya dan terlihat ditangannya. Pada saat kantong persembahan dijalani dan tiba di kakek itu, ia pun memasukkan uang yang telah dia ambil dari dompetnya sebelumnya. Setelah kantong persembahan sudah dijalani semua, maka tiba lah doa penutupan dan berkat dari gembala gereja. Dan setelah gembala gereja selesai mengucapkan kata-kata berkata dan diikuti jemaat dengan mengucapkan kata amin, ibadah pun selesai.

Sang kakek berjalan keluar mengikuti jemaat yang juga keluar. Namun pada saat dia keluar, ternyata ada seorang pemuda menghampirinya. Pemuda itu pun menyalami sang kakek sambil tersenyum yang dibalas dengan senyuman dari sang kakek. Obrolan pun terjadi diantara keduanya di depan gereja. Baik pemuda maupun kakek, keduanya terlihat begitu akrab walaupun baru bertemu pada hari itu.

Sampai pada akhirnya, pemuda itu pun bertanya sesuatu kepada sang kakek, "Kakek sehari-hari kerja dimana?" Dengan ringannya kakek ini berkata "Saya kerja di tempat barang rongsokan, mas." Terkejut dengan jawaban dari sang kakek, pemuda itu pun melanjutkan pertanyaan, "Terus kalau begitu, bagaimana kakek menjalani kehidupan sehari-harinya," Tanpa beban, sang kakek menjawab, "jalani saja seperti orang biasanya," "Lalu untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari gimana," kata sang pemuda. Sang kakek kembali menjawab, "Yah, uangnya dicukup-cukupkan saja dek," Sang pemuda itu kembali bertanya, "memang uangnya cukup kek?," "Tidak, tetapi saya bersyukur karena saya bisa memberikan uang persembahan tiap minggunya dari jerih payah saya kepada Tuhan walaupun tidak besar" jawab sang kakek. Mendengar jawaban dari sang kakek, pemuda itu terdiam sekaligus melihat kagum melihat orang seperti kakek itu. Perbincangan dengan sang kakek hari itu sungguh mengubah kehidupan sang pemuda dan semenjak itu pula ia mengambil keputusan untuk terus memberi persembahan kepada Tuhan setiap minggunya apapun kondisi keuangannya saat itu.

Seperti halnya yang dilakukan oleh sang kakek itu, hendaklah kita melakukan hal yang sama dihadapan Tuhan, yakni memberi dalam segala kondisi, terutama ketika kita merasa hidup kita sedang berkekurangan. Krisis ekonomi, PHK, atau usaha Anda sedang mengalami kebangkrutan, janganlah menghalangi Anda untuk memberi persembahan atau membayar perpuluhan Anda kepada Tuhan. Lihatlah penyertaan Tuhan nyata dalam kehidupan Anda ketika kantong Anda kosong sekalipun.

Saat Anda merasa tidak sanggup untuk memberi kepada Tuhan, itulah saat terbaik Anda harus memberi kepada Tuhan.

Ikuti Kami